Artikel Hubungan Antara Islam dan Kesenian


Islam dan Seni

Oleh: Drs. H. Ahmad Mundakir, M. Si
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten  Pati

Kata seni berarti halus (dalam rabaan), kecil dan halus, tipis dan halus, lembut dan enak (didengar), mungil dan elok (tubuh), sifat halus. Dan secara etimologis seni dapat didefinisikan sebagai sanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bermutu tinggi (kamus, 1990:816). Ukuran tinggi di sini bersifat kualitatif, yakni apabila orang lain yang melihat dan menikmati hasil karya tersebut bisa mengatakan indah, kagum, atau luar biasa terhadap ciptaan tersebut.

Seni adalah sesuatu yang bersifat abstrak, dapat dipandang, didengar dan disentuh oleh jiwa tetapi tidak dapat dinyatakan melalui kata–kata. Sukar untuk men–takrif–kan seni secara tepat sesukar untuk menerangkan konsep keindahan dan kesenangan itu sendiri. Dalam pengertian seni, Al Farabi menjelaskan bahwa seni sebagai ciptaan yang berbentuk keindahan. Tidak jauh berbeda pendapat yang teoritik disampaikan Al Ghazali bahwa seni dengan maksud kerja yang berkaitan dengan rasa jiwa manusia yang sesuai fitrahnya.

Dalam Islam seni selalu menemui jalan buntu ketika memasuki wilayah kajian seni Islam. Di kalangan Islam terdapat pro dan kontra; PERTAMA, sampai saat ini belum ada lembaga apapun secara formal dan sistematis melakukan kajian seni secara komprehensif, filosofis, teoritik, praktik dan apresiatif yang mengatasnamakan lembaga seni Islam. Kelompok ini berpendapat bahwa seni Islam itu tidak ada. Dan yang ada hanyalah orang Islam berseni (Seniman Muslim)
KEDUA, Para seniman muslim berupaya menunjukkan berbagai dalil ‘aqliyah’ (Rasional) bahwa Al Qur’an sendiri mengandung nilai seni yang amat tinggi dan demonstratif. Sebagai contoh kecil, bahwa Musabaqah Tilawatil Qur’an digelar di mana–mana, demikian juga seni kaligrafi Islam–Arab.  Di samping itu para seniman muslim juga mencoba menggali dalil–dalil naqliyah (teks yang bersumber dari Al Qur’an maupun As Sunnah) yang menjelaskan tentang keindahan sebagai buah karya seni. Kelompok ini berpendapat bahwa seni merupakan salah satu dari kandungan ajaran Islam. Dalam hal ini tentu dinyatakan bahwa seni Islam itu ada.

Terlepas dari pro dan kontra di atas, kesenian Islam yang berkembang pesat sekarang adalah merupakan kesinambungan dari kesenian pada zaman silam yang telah berkembang dan dicorakkan oleh konsep tauhid yang tinggi kepada Allah SWT. Kesenian Islam memiliki khazanah sejarahnya yang tersendiri dan unik. Kesenian Islam terus berkembang di dalam bentuk dan falsafahnya yang berorientasikan sumber Islam yang menitikberatkan kesejajaran dengan tuntutan tauhid dan syara’.

Ditarik dalam lingkup yang lebih sempit, penyebaran dan perkembangan agama Islam di bumi Nusantara ini guna mengibarkan panji–panji tauhid juga tidak lepas dari unsur–unsur seni. Sunan Kalijaga misalnya, dan atau hampir keseluruh wali songo berkesenian sedemikian rupa, dengan dasar tauhid dan syariat Islam, guna mengenalkan serta

membumikan Islam di pulau Jawa. Tugas karya wali songo ini dalam berkeseniaan islam ini tentu  berbenturan dengan karya–karya seni yang telah mapan sebelumnya, yang bernafaskan animism–dinamisme yang dikawal oleh hegemoni kebudayaan   hindu–budha. Dan atau karya–karyaseni lama dimodifikasi sedemikian rupa, para penyebar  Islam pada periode awal ke Islaman Nusantara itu memasukkan nilai–nilai tauhid dan sekaligus menghapus nilai–nila iekstetika–filosofis yang bertentangan dengan ajaran islam.

Proses penciptaan sebuah karya seni budaya  dan atau pembentukan kesenian islam tidak pernah berhenti dan mandeg, karena daya kreatif seni adalah dorongan fitrah
 manusia yang diberikan oleh Allah untuk digunakan dalam rangka “memeriahkan“ kebesaran Allah. Berkesenian haruslah berporos dan beralamatkan pada perkara – perkara yang ma’ruf (kebaikan), sekaligus nahi mungkar, halal dan berakhlaq.

Dalam perkembangan peradaban kekinian, banyak sekali karya  seni tercipta yang melenceng dan  bertentangan dengan nilai – nilai syariat islam, menjadi kewajiban kita  semua  untuk member arahan dan masukan agar kembali pada konsep kesenian dalam perspektif Islam yang semestinya. Yakni konsep kesenian yang bisa membimbing manusia kearah ketauhidan, pengabdian dan pengabadian diri kepada  Allah SWT.
WALLAHU A’LAMU BISHSHAWAB…..

Sumber : Majalah SPEKTRA Edisi Pertama

Comments

  1. tanks atas...infonya

    <a href='http://www.merpati.web.id">MERPATI WEB</a>

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Struktur Organisasi Kelas Desain Keren

Lirik Lir-ilir dan Sholawat Badar Habib Syech